Merayakan Kemenangan Idul Fitri di Belgia---UNTRANSLATED VERSION. PLEASE CHECK.
News ID: 262653
Jakarta (ANTARA) -
Gema takbir saling bersahutan terdengar dari pelataran KBRI Brussel di Avenue de Tervuren 294 di Brussel, Belgia, tempat dilangsungkannya Sholat Idul Fitri 1 Syawal 1440 H yang jatuh pada 4 Juni dimana lebih dari 500 Umat Islam khususnya WNI di Belgia berkumpul merayakan‘kemenangan’ di hari yang fitri, setelah satu bulan menjalankan ibadah puasa serta ibadah lainnya di bulan suci Ramadan.
Sekretaris Pertama Fungsi Pensosbud KBRI Brussel, Dara Yusilawati, dalam keterangan kepada Antara di Jakarta Rabu menyebutkan bulan suci Ramadhan di Belgia tahun ini jatuh pada awal Mei hingga awal Juni 2019, yaitu di penghujung musim semi dan mulai memasuki musim panas.
Sahur dilakukan sekitar jam 2.30 - 3.00 pagi karena Subuh masuk pada jam 3.24 pagi, sedangkan berbuka puasa (Magrib) jatuh sekitar pukul 21.51 malam. Dengan total puasa lebih dari 18 jam, puasa di Belgia semakin memberi makna.
Keimanan seorang Muslim yang menjalani Ramadan di Belgia semakin diuji tidak hanya dengan lapar dan haus tapi juga dengan suasana yang sama sekali berbeda dengan di Indonesia. Tarawih dilakukan tengah malam pada saat energi setelah beraktivitas seharian terasa sudah hampir habis. Karena pendeknya malam, tidak sedikit orang yang melanjutkan tarawih dengan bersantap sahur agar waktu sahur tidak terlewat.
Bagi anak-anak yang sekolah, mereka tetap harus masuk sekolah dan melakukan aktivitas fisik dan non-fisik seperti biasa. Hal yang sama juga berlaku bagi para pekerja dan mahasiswa. Semua ujian tersebut, setelah terlewati, menambah manisnya dan nikmatnya perayaan kemenangan pada Hari Idul Fitri.
Untuk merayakan momen dan tradisi penting umat Islam Indonesia ini, Dubes RI Brussel Yuri O. Thamrin menyelenggarakan Open House di Wisma Indonesia sebagai ajang silaturahmi bagi semua warga Indonesia di Belgia. Open House terbuka baik untuk muslim dan juga untuk warga Indonesia yang beragama lain. Sedikitnya 500 tamu hadir dalam acara Open House tahun ini.
Kuliner Indonesia khas lebaran seperti opor ayam dengan lontong, dilengkapi dengan siomay dan bakso, lapis surabaya, dan risoles menjadi daya tarik tersendiri bagi warga yang ingin bersilaturahmi. Selain itu juga ada musik bernada Islami unik menyemarakkan suasana Lebaran di Belgia.
Islam merupakan agama terbesar kedua di Belgia, dengan estimasi jumlah Muslim sekitar 600 ribu jiwa, atau 6% dari total populasi Belgia yang mencapai 11 juta jiwa. Brussel, ibu kota Belgia, menjadi rumah bagi penganut Islam terbanyak di Belgia dengan total 23.6%, sisanya terbagi di wilayah Wallonia (4%) dan 3.9% di Flanders.
Sebagian besar umat Islam di Belgia berasal dari Maroko dan Turki. Sedangkan WNI Muslim di Belgia, berkisar pada angka 1000 hingga 1200 jiwa dari total WNI 2472 jiwa.
Sejak insiden pemboman pada tanggal 22 Maret lalu , isu Islamophobia di Belgia menjadi semakin memburuk. Hasil Pemilu Belgia yang baru saja berlangsung 26 Mei lalu memberikan suara yang lebih besar kepada partai ekstrim kanan (Vlaams Belang) yang anti imigran dan anti Islam di Flanders, dan ekstrim kiri di Wallonia.
Meskipun Vlaams Belang diperkirakan tidak masuk ke Pemerintahan mengingat partai-partai lain selama ini enggan bekerjasama dengan partai ekstrim kanan ini, namun terdapat kekhawatiran akan kemungkinan meningkatnya Islamophobia di Belgia.
Sebagai negara Muslim terbesar di dunia dan penganut Islam moderat, Indonesia diharapkan dapat menampilkan wajah Islam yang moderat, toleran, penuh damai, dan membawa keberkahan bagi semua (rahmatan lil Alamin).
Sholat Ied diadakan Keluarga Besar Pengajian Muslimin Indonesia Belgia (KPMI) dan KBRI Brussel ini tidak hanya dihadiri warga Muslim Indonesia, tapi juga diikuti Muslim dari Malaysia dan Brunei, Nigeria, dan Muslim lainnya di Brussel.(ZG)
Gema takbir saling bersahutan terdengar dari pelataran KBRI Brussel di Avenue de Tervuren 294 di Brussel, Belgia, tempat dilangsungkannya Sholat Idul Fitri 1 Syawal 1440 H yang jatuh pada 4 Juni dimana lebih dari 500 Umat Islam khususnya WNI di Belgia berkumpul merayakan‘kemenangan’ di hari yang fitri, setelah satu bulan menjalankan ibadah puasa serta ibadah lainnya di bulan suci Ramadan.
Sekretaris Pertama Fungsi Pensosbud KBRI Brussel, Dara Yusilawati, dalam keterangan kepada Antara di Jakarta Rabu menyebutkan bulan suci Ramadhan di Belgia tahun ini jatuh pada awal Mei hingga awal Juni 2019, yaitu di penghujung musim semi dan mulai memasuki musim panas.
Sahur dilakukan sekitar jam 2.30 - 3.00 pagi karena Subuh masuk pada jam 3.24 pagi, sedangkan berbuka puasa (Magrib) jatuh sekitar pukul 21.51 malam. Dengan total puasa lebih dari 18 jam, puasa di Belgia semakin memberi makna.
Keimanan seorang Muslim yang menjalani Ramadan di Belgia semakin diuji tidak hanya dengan lapar dan haus tapi juga dengan suasana yang sama sekali berbeda dengan di Indonesia. Tarawih dilakukan tengah malam pada saat energi setelah beraktivitas seharian terasa sudah hampir habis. Karena pendeknya malam, tidak sedikit orang yang melanjutkan tarawih dengan bersantap sahur agar waktu sahur tidak terlewat.
Bagi anak-anak yang sekolah, mereka tetap harus masuk sekolah dan melakukan aktivitas fisik dan non-fisik seperti biasa. Hal yang sama juga berlaku bagi para pekerja dan mahasiswa. Semua ujian tersebut, setelah terlewati, menambah manisnya dan nikmatnya perayaan kemenangan pada Hari Idul Fitri.
Untuk merayakan momen dan tradisi penting umat Islam Indonesia ini, Dubes RI Brussel Yuri O. Thamrin menyelenggarakan Open House di Wisma Indonesia sebagai ajang silaturahmi bagi semua warga Indonesia di Belgia. Open House terbuka baik untuk muslim dan juga untuk warga Indonesia yang beragama lain. Sedikitnya 500 tamu hadir dalam acara Open House tahun ini.
Kuliner Indonesia khas lebaran seperti opor ayam dengan lontong, dilengkapi dengan siomay dan bakso, lapis surabaya, dan risoles menjadi daya tarik tersendiri bagi warga yang ingin bersilaturahmi. Selain itu juga ada musik bernada Islami unik menyemarakkan suasana Lebaran di Belgia.
Islam merupakan agama terbesar kedua di Belgia, dengan estimasi jumlah Muslim sekitar 600 ribu jiwa, atau 6% dari total populasi Belgia yang mencapai 11 juta jiwa. Brussel, ibu kota Belgia, menjadi rumah bagi penganut Islam terbanyak di Belgia dengan total 23.6%, sisanya terbagi di wilayah Wallonia (4%) dan 3.9% di Flanders.
Sebagian besar umat Islam di Belgia berasal dari Maroko dan Turki. Sedangkan WNI Muslim di Belgia, berkisar pada angka 1000 hingga 1200 jiwa dari total WNI 2472 jiwa.
Sejak insiden pemboman pada tanggal 22 Maret lalu , isu Islamophobia di Belgia menjadi semakin memburuk. Hasil Pemilu Belgia yang baru saja berlangsung 26 Mei lalu memberikan suara yang lebih besar kepada partai ekstrim kanan (Vlaams Belang) yang anti imigran dan anti Islam di Flanders, dan ekstrim kiri di Wallonia.
Meskipun Vlaams Belang diperkirakan tidak masuk ke Pemerintahan mengingat partai-partai lain selama ini enggan bekerjasama dengan partai ekstrim kanan ini, namun terdapat kekhawatiran akan kemungkinan meningkatnya Islamophobia di Belgia.
Sebagai negara Muslim terbesar di dunia dan penganut Islam moderat, Indonesia diharapkan dapat menampilkan wajah Islam yang moderat, toleran, penuh damai, dan membawa keberkahan bagi semua (rahmatan lil Alamin).
Sholat Ied diadakan Keluarga Besar Pengajian Muslimin Indonesia Belgia (KPMI) dan KBRI Brussel ini tidak hanya dihadiri warga Muslim Indonesia, tapi juga diikuti Muslim dari Malaysia dan Brunei, Nigeria, dan Muslim lainnya di Brussel.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar