EKSPANSI KOPI KHAS INDONESIA DENGAN INDIKASI GEOGRAFIS DI PASAR EROPA
London, 20/9 (Antara) - Dubes RI untuk Belgia, Luksemburg dan Uni Eropa, Arif Havas Oegroseno, mengatakan Masyarakat Eropa yang tinggal di Ibukota Uni Eropa, Brussel, dalam waktu dekat akan dapat menikmati berbagai cita rasa kopi indikasi geografis Indonesia.
Hal itu disampaikan Dubes disela-sela pembukaan Indonesian Coffee Week di chocolatier terkemuka di Eropa, Laurent Gerbaud, demikian Sekretaris Tiga KBRI Belgia, Ernesto Simanungkalit kepada Antara London, Sabtu.
Acara yang digelar selama sepekan dihadiri perwakilan dari buyers/importer, Federasi Kopi Eropa, Coffee Roaster Association, Horeca (Hotel, Restaurant, Café), pejabat dari Komisi Eropa, Kemlu Belgia, serta komunitas pecinta kopi.
Seluruh tamu yang hadir mencicipi uniknya rasa kopi Arabika Gayo dari Aceh, kopi Arabika Java Preanger dari Jawa Barat, kopi Arabika Kintamani dari Bali, dan kopi Arabika Java Ijen Raung dari Jawa Timur, serta mengenal keragaman kopi yang terkait dengan kultur, iklim, kondisi geografis dari berbagai daerah asalnya.
Laurent Gerbaud bangga dapat mempromosikan kopi Indonesia di butik coklatnya yang sangat terkenal di Brussel, dan terletak di pusat kota dan lokasinya tepat di depan gedung Palais de Bozar, pusat aktifitas budaya Eropa yang senantiasa dikunjungi ribuan pengunjung termasuk wisatawan mancanegara.
Jeanne Gennar, pengusaha kopi dan pemilik Kofca Academie (pusat pelatihan dan informasi mengenai Kopi) yang hadir dalam acara, menyampaikan sangat terkesan dengan keunikan cita rasa kopi Indonesia yang disajikan, tertarik memperkenalkan kopi Indonesia di komunitasnya dan memasarkan kopi Indonesia.
Jeanne, yang dikenal sebagai ¿Barista Mom of Belgium¿ pernah menjabat sebagai presiden dari Specialty Coffee Association Europe (SCAE) untuk wilayah Belgia.
Promosi kopi khas Indonesia dengan indikasi geografis yang diselenggarakan KBRI Brussel bekerjasama dengan Laurent Gerbaud adalah salah satu upaya Indonesia untuk membidik niche market kopi spesial Eropa.
Dubes Arif Havas Oegroseno menjelaskan masyarakat internasional mengenal Indonesia sebagai produsen kopi ketiga terbesar di dunia. Namun kopi Indonesia dicampur dengan kopi lain dan diperdagangkan dengan merk dagang yang tidak menyebutkan asal usul kopi, akibatnya Indonesia belum dikenal memiliki jenis kopi dengan standar premium.
Promosi ini merupakan upaya diplomasi ekonomi yang dilakukan KBRI Brussel untuk menempatkan kopi Indonesia dengan branding dan pasar yang tepat.
Dubes Havas menyampaikan sejak tahun 2013, Uni Eropa memberikan jaminan kepada Indonesia kopi Gayo dari Aceh tidak dapat didaftarkan sebagai merk dagang perusahaan Eropa sebagaimana dilakukan perusahaan kopi di Belanda.
Pendaftaran merk kopi Gayo oleh perusahaan Belanda ini, merupakan kesalahan fatal yang harus dicegah, karena tidak hanya merupakan tindakan pencurian nama, tetapi juga menekan petani Aceh sehingga tidak dapat mengekspor ke Uni Eropa.
Tindakan ini bertentangan dengan upaya Indonesia yang tengah mendaftarkan produk kopi indikasi geografis Indonesia di Uni Eropa melalui stand alone agreement.
Upaya ini diharapkan akan mencegah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mengalahkan produk-produk kualitas tinggi Indonesia untuk kepentingan mereka tanpa mempedulikan kepentingan Indonesia.
Kegiatan Indonesian Coffee Week di Brussel ini, merupakan rangkaian promosi kopi indikasi geografis Indonesia di Eropa yang diikuti KBRI Brussel bekerjasama dengan kementerian dan pemerintah kabupaten terkait dalam memperkenalkan kopi bersertifikasi Indikasi Geografis kepada pecinta kopi di Dublin Coffee and Tea Festival baru baru ini.
Festival yang diselenggarakan SCAE, dan Irish Food Service Suppliers Alliance (IFSA), serta diikuti sekitar 70 pengusaha Eropa, roasters, outlet dan distributor, komunitas pecinta kopi, coffee bloggers, barista dan produsen mesin kopi serta dihadiri sekitar 5000 pengunjung. ***2***
(ZG/o001 )
(T.H-ZG/B/O. Tamindael/O. Tamindael) 20-09-2014 09:26:19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar