"CALON ARANG" PUKAU RIBUAN MASYARAKAT JERMAN
London, 8/5
(ANTARA) - Pementasan drama tari "Calon Arang" yang ditampilkan
mahasiswa dari Universitas Hindu Indonesia berhasil memukau ribuan masyarakat
Jerman di Taman Dunia atau Garten der Welt Marzan, Berlin.
Dinginnya
udara Berlin yang hanya sekitar 12° C
tidak menyurutkan minat warga Jerman untuk menyaksikan "Calon Arang",
kata Sekretaris III-Penerangan, Sosial dan Budaya KBRI Berlin Purno Widodo kepada ANTARA
London, Selasa.
Dikatakannya
dalam cuaca mendung tersebut tidak kurang dari seribu orang berdesakan ingin
melihat dari posisi terdepan menyaksikan jalinan cerita dalam suatu dialog dan
gerakan tari memikat diiringi gamelan Bali yang dinamis nan mistis.
Tetabuhan
gamelan Bali yang memang menghentak dan terdengar seperti sensasi magis,
ditambah wangi dupa dan taburan bunga-bunga sesaji menambah semarak acara
Balinese Templefest yang diusung Perhimpunan Masyarakat Hindu Indonesia di
Berlin.
Nyama Braya
Berlin bekerjasama dengan pihak pengelola Taman Dunia Berlin serta
didukung Kedutaan Besar Indonesia di
Berlin serta Kementerian Agama RI yang mendatangkan 61 Mahasiswa Universitas
Hindu Indonesia untuk menunjukkan keelokan dan keagungan budaya Bali kepada
masyarakat Jerman.
Purno Widodo mengatakan pentas Drama
Tari Calon Arang merupakan sajian pamungkas dari acara Balinese Temple Fest
yang diselenggarakan di Taman tersebut.
Sebelumnya
berbagai tarian Bali seperti tari Kebyar Duduk, Jauk Manis hingga Legong
Keraton dipertunjukan dan mendapat
sambutan meriah dari pengunjung taman. Dua hari sebelumnya berbagai tarian
tersebut juga dipentaskan di Museum Etnologi Berlin
Dubes RI untuk
Republik Federal Jerman dalam sambutannya yang dibacakan Kuasa Usaha ad Interim
Diah Rubianto menyambut baik acara yang bukan hanya dinilai sebagai pertunjukan
budaya tetapi juga merupakan bagian dari diplomasi guna memperkokoh pondasi
persahabatan dua masyarakat yang berbeda latar belakang budaya tersebut.
Tepat 60
tahun yang lalu Indonesia dan Jerman secara resemi mengikat diri memasuki babak
baru dalam satu hubungan diplomatik dan membangun jembatan untuk mempromosikan
rasa saling pengertian dan mengembangkan
semangat kerjasama, ujarnya.
"Saya merasa sangat senang bahwa
berbagai upaya tersebut membuahkan hasil dengan dilangsungkannya acara budaya
seperti yang disaksikan hari ini," kata Dubes Pratomo.
Penyucian Pura Bali
Acara pentas
Drama Tari Calon Arang tersebut merupakan
bagian dari acara Balinese Temple Fest di Berlin dimana acara terpentingnya
adalah berupa ritual keagamaan penyucian atau pemlapasan Pura Hindu Tri Hita
Karana yang terletak di Taman Garten der Welt tersebut.
Taman seluas
30 hektar tersebut tahun ini merayakan ulang tahun yang ke-25 dengan salah satu
acara perayaannya adalah dengan
menyelenggarakan Pesta Adat Bali.
Salah satu
bagian taman tersebut terdapat Taman Bali yang kini difungsikan sebagai tempat
peribadatan Masyarakat Bali yang berada di Jerman.
Masyarakat Bali di
Berlin dan sekitarnya yang tergabung dalam wadah Nyama Braya Bali kini telah
mengalami sensasi upacara di pura yang nyata. Suara eksotis lonceng Bali dan
dupa memenuhi taman tersebut.
Warna-warni busana tradisional warga Bali menyemarakkan
upacara yang disaksikan oleh warga Jerman yang menyemut untuk melihat bagaimana
ritual Bali yang sesungguhnya.
Manager Taman
Garten der Welt, Beate Reuber menyatakan kegembiraan yang luar biasa dengan penyelenggaraan
acara pemlapasan tersebut.
"Hari
ini Nyama Braya Bali berhasil menarik
pengunjung yang sebagian besar merupakan
warga Jerman untuk melihat dan mempelajari secara lebih terperinci
berbagai wawasan berharga tentang Bali.
Hal ini tentunya merupakan pengalaman yang
luar biasa, tidak saja bagi saya secara pribadi tetapi juga bagi masyarakat
Jerman Pengunjung taman ini, ujar Mrs. Reuber.
Sejalan
dengan pernyataan sang Manager Taman, Duta Besar RI menyatakan Penyucian Pura
yang terletak di Taman tersebut membuka suatu dimensi baru mengenai Budaya Bali
dan keberadaan Budaya Indonesia di Jerman.
Hal ini
menghadirkan suatu penghormatan yang tidak terhingga, bukan saja untuk
masyarakat Bali di Jerman, tetapi bagi Indonesia secara keseluruhan mengingat
hal ini merupakan manifestasi dari keragaman agama dan budaya Indonesia, hal mana juga telah menjadi aset Indonesia
yang paling bernilai.
Menurut Purno
Widodo, keseluruhan rangkaian acara tersebut merupakan kerja keras dari
Keluarga Besar Bali di Jerman (Nyama Braya Bali) yang didukung sepenuhnya KBRI
Berlin.
Dua tahun
lamanya acara ini dipersiapkan, karena desakan kebutuhan akan tempat upacara
Hindu yang dipandang layak di Berlin, ujar Purno Widodo.
Setelah melakukan
pendekatan dengan pengelola taman dimana terdapat miniatur taman Bali disana
maka kedua belah pihak sepakat untuk memperluas fungsi Taman Bali yang
bernama Tri Hita Karana tersebut seperti
Pura yang ada di Bali, selain juga untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia.
Guna keperluan
tersebut, dengan bantuan Kementerian Agama dan juga Pemerintah Daerah Bali maka
didatangkanlah langsung dari Bali berbagai atribut bangunan dari Batu yang
biasa disebut Padmasana.
Penyucian
Pura ini dipimpin langsung oleh Pendeta
yang juga didatangkan langsung dari Bali. Kini masyarakat Bali di Jerman
telah memiliki tempat ibadah yang indah yang
dapat juga dinikmati oleh pengunjung taman Garten der Welt.
***3***(ZG)
(T.H-ZG/B/M019/M019) 08-05-2012 08:11:17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar