YAYASAN ORANGUTAN ADAKAN ROADSHOW
DI INGGRIS
London 25/10 (ANTARA) - Yayasan
Orangutan Sumatera Lestari- Orangutan
Information Centre (YOSL-OIC), melakukan roadshow kampanye publik tentang
pentingnya upaya penyelematan hutan tropis dan orangutan Sumatra di beberapa
tempat di UK.
direktur sekaligus pendiri YOSL-OIC,
Panut Hadisiswoyo kepada ANTARA London, Kamis mengatakan roadshow yang
dilakukannya antara lain dengan memberi ceramah dan kuliah umum di beberapa
tempat di UK seperti Oxford Brookes University, Oxford, Bristol Zoo Gardens,
Bristol, Natural History Museum, London di David Attenborough Studio), Chester
Zoo, Russell Allan Lecture Theatre, Chester
dan Bradford University, School of Management.
Selain jadwal roadshow kampanye
spotlight Sumatera yang berlangsung dari tanggal 20 hingga 31 Oktober
mendatang, Panut juga akan mengunjungi beberapa organisasi lain dalam rangka
menggalang dukungan untuk konservasi hutan tropis di Sumatera.
Menurut Panut dalam beberapa pertemuan
masyarakat Inggris Raya memberikan tanggapan yang positif terhadap Spotlight
Sumatra.
Di Oxford Brookes University dan
Bristol Zoo misalnya masing-masing kegiatan dihadiri lebih 100 orang yang
mendengarkan kuliah umum yang disampaikan Panut Hadisiswoyo dengan tajuk
ancaman deforestasi terhadap orangutan Sumatera dan ekosistem global.
Dalam kuliah umum Panut memaparkan
tentang tantangan dalam konservasi orangutan Sumatera misalnya tingginya kasus
konflik antara manusia dan orangutan sehingga banyak orangutan yang mati terbunuh atau ditangkap untuk
perdagangan ilegal.
Panut memaparkan organisasinya tidak
menentang dan memboikot sawit akan tetapi menentang perluasan sawit ke kawasan
hutan tropis karena hutan tropis bukan untuk dieksploitasi sebagai lahan
perkebunan akan tetapi harus dipertahankan untuk menciptakan keseimbangan
ekosistem, habitat satwa liar.
¿Hal yang lebih penting adalah
penyerap karbon untuk mencegah pemanasan global dan penyedia jasa lingkungan
lainnya yang tidak ternilai harganya seperti sumber air bersih, pengatur iklim,
dan sumber plasma nutfah,¿ ujarnya.
Hilangnya hutan tropis merupakan
bencana ekologis terbesar dalam peradaban umat manusia. Oleh karena itu, Panut
menekankan perlunya mendukung pemerintah Indonesia agar sawit di Indonesia
diproduksi dengan prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan dan upaya
sertifikasi sawit berkelanjutan harus direalisasikan.
Panut juga memaparkan upaya-upaya
yang sudah dilakukan organisanya untuk menekan laju deforestasi dan
menyelamatkan orangutan Sumatera. Salah satu program yang membuat pengunjung
tertarik adalah program restorasi hutan di Taman Nasional Gunung Leuser yang
telah menunjukkan hasil positif dengan melibatkan masyarakat lokal.
Banyak pengunjung memberikan
pertanyaan salah satunya kenapa sawit harus ditanam di kawasan hutan tropis,
apa peran pemerintah indonesia dalam mengontrol pemberian ijin pembukaan lahan
untuk sawit, apakah bisa hutan dibeli oleh pihak NGO untuk dijadikan habitat
orangutan, bagaimana masa depan hutan Indonesia apabila permintaan sawit terus
meningkat, dan lain-lain.
Dalam diskusinya, Panut menekankan
walau deforestasi masih terus terjadi di Indonesia, namun dirinya yakin bahwa
harapan untuk hutan Sumatera masih ada.
"Namun harapan itu perlu diikuti
dengan aksi nyata dan komitmen dari kita semua termasuk pemerintah Indonesia,
masyarakat, dan sektor swasta. Aksi nyata dan komitmen itu harus dilakukan
sekarang dan saat ini," ujarnya.
***3***
T.ZG/B/Z003)
(T.H-ZG/B/Z003/Z003) 25-10-2012
14:39:26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar