FILM KARYA USMAR ISMAIL DIGEMARI
DI LONDON
Film klasik "Lewat Djam
Malam" arahan sutradara Usmar Ismail digemari penonton di Inggris dalam
acara London Film Festival ke-56 yang
diadakan British Film Institute (BFI) di Southbank, London, Jumat.
"Proses restorasi film 'Lewat Djam
Malam' yang dalam bahasa Inggris After the Curfew sangat bagus, apalagi menelan
biaya yang tidak sedikit" ujar Prof Matthew Isaac Cohen dari Royal
Holloway, University of London kepada ANTARA London, Jumat malam.
Lebih dari 100 pengemar film di London
menikmati film terbaik pada Festival Film Indonesia tahun 1955 yang telah mengalami proses
restorasi di Laboratorium L'Immagine Ritrovata, Bologna, Italia dalam London
Film Festival yang menampilkan film
terbaik dari berbagai negara berlangsung dari tanggal 10-21 Oktober 2012.
Film menampilkan aktor bernama AN
Alcaff dan aktris Netty Herawati sebagai pemeran utama dan bintang yang terkenal saat itu, Bambang
Hermanto sebagai salah satu pemeran pendukung aktris bernama Dhalia berhasil
direstorasi oleh World Cinema Foundation (WCF) yayasan milik sutradara Martin
Scorsese bekerjasama dengan National Museum of Singapore (NMS).
Menurut Matthew, Usmar Ismail itu belajar tentang film di
Amerika yang menjadi kiblat dalam industry film dunia, tidak heran film hasil
karyanya sangat menyentuh.
Istri Matthew Isaac Cohen, Aviva
Kartiningsih, mengatakn film Lewat Jam Malam yang diputar hanya sekali di
Southbank London lebih bagus ketimbang waktu ditayangkan di televisi di tanah
air tahun 80 an.
"Saya ingat dulu waktu nonton film
diputar masih banyak garis garis,"
ujar ibu satu putri.
Untuk biayai proses restorasi film
Lewat Jam Malam yang dibintangi A.N. Alcaff yang berhasil terpilih sebagai
aktor terbaik pada tahun 1955 membutuhkan dana yang tidak sedikit.
NMS mengeluarkan biaya mencapai 200.000
dollar Singapura atau sekitar Rp 1,4 miliar.
Sementara World Cinema Foundation,
yaitu lembaga yang juga fokus pada pelestarian film dunia, menyumbang sekitar
50.000 euro atau sekitar Rp700 juta dalam proses restorasi film yang
berlangsung antara Agustus 2011 sampai beberapa bulan sebelum premier di tahun
2012 dan melibatkan Kineforum, Konfiden, dan Sinematek Indonesia.
Setelah proses restorasi film karya
bapak perfilman Indonesia ini kembali diputar di bioskop di Jakarta dan Bandung
pada bulan Juni lalu.
Sebelumnya, film ini juga diputar di
National Museum of Singapore, dan di sesi Cannes Classics di Festival Film
Cannes, Perancis, pada bulan Mei lalu.
Naskah cerita dan skenario film ini
ditulis Asrul Sani, yang di kemudian hari dikenal sebagai filmmaker dan
sastrawan besar dengan latar ceritanya mengambil lokasi di Bandung, sepuluh
tahun setelah Indonesia mengumumkan kemerdekaan dikala itu, situasi sosial dan
politik masih tidak menentu, dan tentara memberlakukan aturan jam malam.
Jalan cerita
Dengan gaya yang mengingatkan pada film-film noir yang kelam, 'Lewat
Djam Malam' dibuka dengan langkah kaki di jalanan yang basah oleh sisa air
hujan.
Sepasang kaki itu awalnya melangkah
perlahan , namun lama-lama semakin cepat.
Kamera lalu menyorot wajah pemilik
sepasang kaki itu, seorang lelaki muda yang kusut dan letih.
Lelaki itu mempercepat langkahnya
karena ada serombongan tentara yang mengejar.
Rupanya, waktu sudah melewati batas jam
malam. Orang tidak boleh berada di luar rumah.
Namun, lelaki itu berhasil meloloskan
diri dari kejaran tentara, dan masuk ke sebuah rumah besar dengan selamat. Di
rumah itu, ia disambut seorang perempuan yang telah menunggunya dengan cemas.
Lelaki itu bernama Iskandar (diperankan
AN Aclaff), dan baru pulang dari medan perang. Ia meninggalkan ketentaraan
untuk "kembali ke masyarakat".
Ia pulang ke rumah pacarnya, Norma
(Netty Herawaty). Keesokan harinya, sang calon mertua mencarikannya pekerjaan
di kantor gubernur di Gedung Sate, namun hari itu juga ia dipecat.
Iskandar pun kemudian menemui teman
seperjuangannya, Gafar (Awaludin) yang kini jadi pemborong bangunan. Namun,
dengan Gafar ia juga merasa tak cocok. Lalu, ia menemui Gunawan (Rd Ismail),
bekas komadannya.
Hasilnya malah lebih buruk, Iskandar
muak melihat Gunawan yang kini telah jadi bos perusahaan.
Kegalauan Iskandar akhirnya bermuara
pada pertemuannya dengan Pujo (Bambang Hermanto), bekas anak buahnya. Pujo kini
menjadi centeng di rumah bordil, dan itu mempertemukan Iskandar dengan pelacur
bernama Laila (Dhalia).
Pertemuan-pertemuan itu menguak luka
lama dari medan perang. Iskandar ternyata masih dibayangi rasa bersalah atas
salah satu pembunuh yang pernah dilakukannya pada sebuah keluarga borjuis, atas
perintah atasannya, dan atas nama revolusi.
Sementara, pada saat yang sama, Norma
sibuk belanja kue di Jalan Braga untuk pesta menyambut kembalinya Iskandar.
Tapi, di manakah dia, sampai malam tak
kunjung muncul di arena dansa?
Di rumah bordil bersama Laila, atau membuat perhitungan dengan
orang-orang dari masalalu yang kini memberinya kenyataan lain yang menyakitkan?
Usmar Ismail lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 20 Maret 1921 ¿
meninggal 2 Januari 1971 pada umur 49 tahun adalah sutradara Indonesia yang
berhasil menelurkan karya terbaik seperti
Darah dan Doa, Enam Djam di
Djogja , Tiga Dara, Asrama Dara, Pahlawan Bandung Selatan, Anak Perawan di Sarang Penjamun dan Ananda .
Karier Usmar ismail yang diawali
sebagai asisten sutradara di Perfini yang didirikan pada tahun 1950 mengenyam
pendidikan di Amerika pada tahun 1952 sampai 1953 di Universitas Los Angeles
jurusan film dan mendapatkan gelar Bachelor of Arts, meninggal dunia pada 2
Januari 1971, karena stroke.
***3***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar