Minggu, 27 Juni 2010

INDONESIA-RUSIA MAKIN MESRA

INDONESIA-RUSIA MAKIN MESRA

Oleh Zeynita Gibbons

Berbagai acara digelar dalam rangkaian memperingati 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Rusia sepanjang tahun 2010, mulai dari diskusi politik, sampai pada Festival Budaya Indonesia di tiga kota di Rusia.

Festival Budaya Indonesia menampilkan tarian, peragaan busana karya perancang dan sajian musik "The Rhythm of Indonesia" dengan komposer Dwiki Darmawan mendapat sambutan hangat dari masyarakat kota Moskow, Tvar dan St Petersburg.

Wakil Menteri Luar Negeri Urusan Asia Federasi Rusia Alexei Barodavkin, menyatakan kebudayaan dan kesenian akan dapat mempererat hubungan antara Indonesia dan Rusia yang memasuki usia 60 tahun.

Festival Budaya Indonesia di Petersburg akhir Mei lalu merupakan balasan dari kegiatan yang sama yang dilakukan Rusia di Indonesia tahun lalu di Jakarta serta Yogyakarta.

Senada dengan Alexei, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik menyatakan kebudayaan dan pariwisata memgang peranan penting hubungan Indonesia dan Rusia.

"Kebudayaan memegang peranan penting dalam meningkatkan kerja sama antara Rusia dan Indonesia," ujar Menteri Jero Wacik.

Enam puluh tahun lalu, tepatnya pada 3 Februari 1950, RI-Rusia sepakat menjalin hubungan diplomatik. Tahun 1954, kedua negara membuka Kedutaan Besar di Moskow dan Jakarta.

Hubungan bilateral Indonesia-Federasi Rusia makin berkembang setelah ditandatanganinya "Declaration of the Republic of Indonesia and the Russian Federation on the Framework of Friendly and Partnership Relations in the 21st Century", oleh Presiden saat itu Megawati Soekarnoputri dan Presiden Vladimir V. Putin, 21 April 2003 di Moskow.

Dokumen ini membentuk landasan baru hubungan kerja sama strategis dalam tingkatan global, regional dan bilateral. Sejak saat itu, Pemerintah Indonesia dan Rusia menyepakati untuk lebih mempererat hubungan bilateral melalui kerja sama kebudayaan.

Langkah ini dikuatkan dengan kunjungan kenegaraan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Indonesia September 2007. Kedua Kepala Negara sepakat untuk menyelenggarakan Pekan Budaya di masing-masing negara secara bergantian.

Komitmen tersebut semakin diperkuat pada saat Sidang Komisi Bersama ke-5 RI-Rusia pada bulan Desember 2008 di Moskow.

Dalam rangka memenuhi komitmen tersebut, disepakati "Protocol between the Ministry of Culture and Tourism of the Republic of Indonesia and the Ministry of Culture of the Russian Federation on the Organization of the Russian Cultural Days in 2009 and the Indonesian Cultural Days in Russia in 2010" yang ditandatangani pada 29 Mei 2009.

Realisasi dari penandatanganan itu dilakukan Kementerian dan Kebudayaan Federasi Rusia yang diwakili Vitaly N Bobylev dan dari Indonesia diwakili Kepala Biro Kerja sama Luar Negeri Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata N.W. Giri Adnyani.

Pekan Kebudayaan Rusia di Indonesia sudah diselenggarakan di dua kota besar, yaitu Jakarta dan Yogyakarta pada tanggal 28 Juli sampai 3 Agustus 2009.

Selama kurang lebih sepekan, masyarakat Indonesia menyambut meriah kekayaan budaya Rusia dalam bentuk pertunjukan tari balet dan tradisional, nyanyian, pemutaran film, dan pameran dari para pelaku seni kenamaan Rusia.

Tahun 2010 adalah giliran Indonesia untuk menyelenggarakan Pekan Kebudayaan Indonesia di Rusia yang berthema Festival Budaya Indonesia di Rusia 2010: "Colours of Indonesia" yang digelar di Moskow, Tver dan di St. Petersburg.

Duta Besar RI untuk Federasi Rusia Hamid Awaluddin mengemukakan, Pemerintah Indonesia mengharapkan melalui penyelenggaraan Festival Budaya Indonesia di Rusia tahun 2010, hubungan bilateral antar kedua negara semakin erat dan serta pemahaman yang lebih baik antarrakyat kedua negara dapat dicapai.

Menteri Kebudayaan Federasi Rusia, Alexander Avdeyev mengatakan bahwa ia sangat menghargai kerja sama kebudayaan kedua negara dan juga sambutan hangat dari masyarakat Indonesia saat acara kebudayaan Rusia digelar di Indonesia.

Indonesia Raya
Pekan budaya Indonesia yang dihadiri korps diplomatik serta "Friend Of Indonesia" dan Miss Moskow 2009 yang juga Miss Earth 2010 Nadezda Zamolodskaya, diawali dengan nyanyian lagu Indonesia Raya dan lagu kebangsaan Federasi Rusia yang bergema di gedung di "Concert Hall MIR", Moskow, yang berkapasitar 800 orang.

Acara Festival Budaya diawali dengan tarian pembuka Tari Rakyat Gandran Bulo dari Sulawesi yang dibawakan anak-anak sekolah Moskow berusia dari 7 sampai 12 tahun di antaranya putra putri Dubes RI untuk Federasi Rusia yaitu Virginia dan Abraham diiringin dengan musik "The Rhythm of Indonesia" dengan komposer Dwiki Darmawan.

Sementara itu, Tari Lengang Betawi dibawakan penari dari Tim Kesenian DKI Jakarta di bawah koordinator Nungki Kusumastuti yang dilanjutkan dengan penampilan Gebyar Batik garapan Paranditya Wintami dengan penari Putria Retno Pudyastuti, Antis Tri Cahyani, Nurul Dwi Utami dari Yogyakarta.

Selain itu, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata membawa delapan seniman dari "Sanggar Cantika" pimpinan Reitha F. Hanividya yang terdiri dari lima penari dan tiga pemusik, yang akan menampilkan Tari Pagelu dari Sulawesi Selatan, Tari Dadas Panaluh dari Kalimantan Tengah dan tari Mansorandak dari Papua.

Para perancang busana Indonesia ikut memeriahkan festival budaya Indonesia seperti Stephanus Hamy yang menampilkan busana rancangannya sulam tapis dari daerah Lampung di Sumatera, Didi Budiarjo mengangkat tema Pilgrimage yang diinspirasikan "Ballet Russes" dan disainer Tutik Cholid yang diperagakan peragawati dari Indonesia Nien Indriyati dan Laurensia Muljadi serta peragawati dari Moskow.

Dalam rangkaian mengisi perayaan hubungan diplomatik Indonesia dan Rusia ke-60 juga digelar seminar yang dihadiri Wakil Menlu Rusia, Alexey N. Borodavkin, Rektor Akademi Diplomatik, Prof. AN Panov, Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Kemlu, Andri Hadi, mantan Mendag Luhut Panjaitan, kalangan swasta, akademisi dan budayawan dari kedua belah pihak.

Wakil Menlu Rusia menyatakan, perkembangan positif kedua negara belakangan ini, terkait dengan dengan basis sejarah yang tidak bisa dibantah. Hubungan keduanya sudah dimulai sejak abad ke-17 di masa Raja Peter I dimana Indonesia dikenal oleh peneliti Rusia sebagai negeri kepulauan.

Tahun 1806, Ivan Kruzernter dan Yuri Lisyansky sempat singgah di Selat Malaka dalam pelayarannya keliling dunia. Bahkan karena perdagangan kedua pihak makin maju maka tahun 1894 didirikan konsulat Rusia di Batavia.

Hubungan kedua negara juga menghangat pada era 1950-an dimana Indonesia dan Rusia berangkulan dalam kepentingan idiologi yang antara lain dimanifestasikan dalam kerjasama pertahanan dan pendidikan.

Kedua Kepala Negara sepakat untuk menyelenggarakan Pekan Budaya di masing-masing negara secara bergantian. Komitmen tersebut semakin diperkuat pada saat Sidang Komisi Bersama ke-5 RI - Rusia pada bulan Desember 2008 di Moskow.

Pemerintah Indonesia mengharapkan melalui penyelenggaraan Festival Budaya Indonesia di Rusia 2010, hubungan bilateral antar kedua negara semakin erat dan hangat sehingga pemahaman yang lebih baik antar rakyat kedua negara dapat tercapai. Khususnya hubungan ini dapat semakin menarik minat masyarakat Rusia untuk mengunjungi Indonesia, dan sebaliknya.

Sri Sultan Hemengku Buwono X yang menandatangani kerjasama Sister City dengan kota St Petersburg mengharapkan misi kesenian Indonesia ke luar neger tidak sekedar hanya untuk membangun persahabatan tetapi bagaimana kultur anak bangsa bisa mewarnai dan mendekatkan tidak hanya kedua Negara tetapi juga masyarakatnya.

Sementera itu anggota Komisi X DPR RI Raihan Iskandar yang ikut dalam kunjungan tim kesenian Indonesia ke Rusia mengatakan bahwa hubungan Indonesia-Rusia semakin kental, data menunjukkan adanya kemajuan besar di semua aspek. kedua bangsa harus lebih bergandeng tangan untuk saling mengisi demi kemakmuran kedua bangsa dengan kegiatan kongkrit.

Wakil Menlu Federasi Rusia itu mencatat, kerjasama di masa kini semakin kental dan dimanifestasikan dalam banyak bidang seperti di PBB, G-20, APEC dan organisasi internasional lainnya.

Dubes RI untuk Federasi Rusia Hamid Awaluddin menggarisbawahi hubungan mesra tersebut juga direalisasikan dengan makin banyaknya turis ke Indonesia yang mencapai 70 ribu orang 2009.

Sementara kerjasama pendidikan merunyak dan banyaknya mahasiswa Rusia yang kembali tertarik mempelajari bahasa dan budaya Indonesia, ujar pria kelahiran Pare-Pare, Sulawesi Selatan.
Di bidang ekonomi, kerjasama bidang perdagangan meningkat signifikan pada kisaran 1 milyar dalam dua tahun berakhir.

Kedua bangsa memiliki kesamaan masalah yang dihadapi dalam pembangunan peradaban modern yakni varian suku, bangsa, agama dan bahasa. Tanpa penanganan yang tepat, aneka perbedaan tersebut dapat menimbulkan hambatan pembangunan yang serius.


Program baru
Rusia dan Indonesia kembali membuat perjanjian antara Kementerian Kebudayaan dan Sinematografi Federasi Rusia yang menyampaikan draft Program Kerjasama Kebudayaan RI Rusia untuk tahun 2011 - 2013, demi mengikis hambatan pembangunan itu.
Direktur Hubungan Internasional Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Giri Adnyani kepada koresponden ANTARA London mengataan isi dari draft kerjasama tersebut, tidak berbeda jauh dari program yang ada sekarang yaitu pertukaran kebudayaan di bidang musik, teater, balet, tarian folklore, kelompok kesenian, film, dan para ahli kebudayaan.

Ruang lingkup program kerjasama adalah penyelenggaraan Pekan Kebudayaan Indonesia di Rusia dan Pekan Kebudayaan Rusia di Indonesia, serta Pertukaran budaya untuk bidang musik, tari, film, pameran foto, teater, dan balet, ujarnya.

Pada pertemuan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI dengan Wakil Menteri Kebudayaan dan Sinematografo di Moskow, pihak Indonesia menyambut baik draf Rusia dan akan segera mengirimkan "counterdraft" Program Pertukaran Kebudayaan RI Rusia 2011-2013 dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Pada saat pertemuan tersebut, Menbudpar menggaris bawahi agar kerjasama dapat difokuskan untuk bidang perfilman dan museum pada tiga tahun yang akan datang.***4***
(T.H-ZG/B/T010/T010) 27-06-2010 17:50:03

Tidak ada komentar: