Minggu, 20 Juni 2010

LELANG TEMBAKAU SUMATRA DI BREMEN BERAKHIR

LELANG TEMBAKAU SUMATRA DI BREMEN BERAKHIR

London, 21/6 (ANTARA) - Acara lelang tembakau Sumatra dan Jawa di Bremen, Jerman yang digelar setiap tahun di Tabak Bursa Bremen, Jerman, tampaknya mendekati akhir kejayaannya menyusul banyaknya kampanye anti merokok khususnya di Eropa.

Sehari menjelang digelarnya lelang tembakau tahunan asal Indonesia di Tabak Bursa Bremen itu para calon peserta lelang yang terdiri atas makelar tembakau dan pabrikan cerutu merasa khawatir bahwa lelang tersebut menjadi lelang terakhir di gedung yang dibangun pada 1959 itu.

Keterangan yang diperoleh dari koresponden Gatra Miranti Soetjipto di London, Senin menyebutkan, pada lelang tembakau Bremen pekan lalu itu berhasil menjual semua sajian tembakau yang ditawarkan.

Nilai penjualan 1.126 bal (setara dengan 83,954 ton) tembakau Sumatra senilai 2,23 juta euro sementara penjualan 554 bal/karton tembakau Jawa senilai 980.000 euro.

Harga per bal naik tipis bagi tembakau Sumatra dibanding tahun lalu. Tembakau Deli yang dilelang tersebut merupakan produksi musim tanam 2009 sebanyak 257 bal atau sekitar 19.769 kilogram dan sisa hasil lelang 2009 sebanyak 99 bal, ditambah sisa produksi 2008 yang belum terjual sebanyak 770 bal.

Menurut pengamatan Miranti, kekhawatiran tersebut tampak pada setiap pembicaraan pada pertemuan para pelaku industri cerutu di ruangan lelang yang suhunya diatur persis seperti di ruang penyimpanan tembakau di Medan.
Pieter Van Der Kroft, warga Belanda ahli tembakau generasi ketiga dalam keluarganya itu yang setia mengikuti lelang tembakau Bremen sejak 1965, melihat situasi lelang tembakau Bremen sama seperti halnya saat saat sebelum ditutupnya lelang tembakau Kamerun di Paris pada 1988.

"Situasinya mirip. Saat itu perusahaan mengirimkan makin sedikit orang ke Paris untuk membeli jumlah yang makin sedikit, karena biayanya terlalu mahal. Sejak lelang tembakau Kamerun ditutup, mereka membeli tembakau secara langsung ke Negara Negara Afrika," ujar Pieter.

Sementara itu menurut Binette Brasser, pemilik pabrik cerutu Olifant, generasi keempat permintaan terhadap tembakau Sumatra masih tinggi. Belanda berharap agar tembakau Sumatra akan dijual layaknya tembakau Jawa bila sistem penjualan tembakau Sumatra lewat lelang terpaksa dihentikan.

Ia berharap tembakau Sumatra masih bertahan di masa depan karena sangat penting bagi produksi cerutunya.

Direktur utama PT. Nusantara II Subiyanto mengatakan ia merasa puas karena pihaknya dapat menjual semua sajian tembakau dan harganya jauh lebih baik dari tahun lalu. Adanya kekhawatiran kemungkinan tiadanya lelang tembakau Bremen, Subiyanto merasa yakin kemungkinan itu tidak akan mengganggu penjualan tembakau Jawa ke Eropa karena pihaknya telah banyak melakukan penjualan secara langsung.

Kekhawatiran para pelaku industri cerutu Eropa ini akhirnya terjawab sehari setelah lelang dilaksanakan. Para pemegang saham tabak bursa dari pihak Indonesia dan Jerman telah bertemu dan membicarakan masa depan lelang tembakau Bremen.

Keputusan pahit tidak terelakkan, mereka sepakat untuk mengakhiri cara penjualan tembakau yang selama 52 tahun dilaksanakan dengan jalan lelang.

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Direktur Utama PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa Medan mengatakan keputusan berat itu merupakan hasil pertimbangan masak dan juga sebagai masukan dari berbagai pihak pabrikan cerutu di Eropa.

Dikatakannya agenda utama mereka adalah evaluasi perusahaan yang ada di Jerman, baik DITH maupun Bremen Tabakboerse, dalam pertemuan itu bahwa pemegang saham baik pihak Indonesia maupun pihak Eropa sepakat perusahaan tidak dapat mempertahankan terus karena dalam tiga tahun sudah mengalami kerugian berturut turut dan sudah memakan cadangan umum.

Sementara itu Dirut PT. Perkebunan Nusantara II, Bhatara M Nasution mengatakan bila tidak bisa menggunakan instrumen lain baik itu penjualan langsung maupun "letter of Intent", maka yang dapat dipastikan adalah dapat tetap melakukan produksi dan menanam tanpa mengalami kerugian.

Pihaknya menyadari, untuk menghasilkan untung besar masih memerlukan perjalanan panjang. Untuk menghindari stagnasi penjualan pada tahun depan, PT. Perkebunan Nusantara II terus mengadakan pembicaraan dengan rekanan dan pembeli di Eropa.

Kepala gabungan perusahaan perkebunan Indonesia, Soedjai Kartasasmita mengatakan, GPPI yang telah mengikuti lelang tembakau Bremen sejak berdirinya menyebutkan pihak Jerman menyambut keputusan tersebut dengan lega.

Mereka menyadari berbagai masalah pada industri tembakau seperti kampanye anti merokok dan menyusutnya lahan lahan perkebunan tembakau di Sumatra.

"Sebetulnya apa yang diputuskan RUPS menandakan jaman telah berubah. Dengan menyusutnya konsumsi cerutu, maka sudah tidak ekonomis lagi kalau dipasarkan di sini."
Ia berpendapat PTPN II sebagai produsen membentuk keagenan di Bremen untuk melayani pembeli Eropa. Secara pribadi, ia dan semua peserta yang mengikuti RUPS mengakui merasa sedih bahwa tradisi lelang tembakau Bremen yang sudah 52 tahun terpaksa diakhiri.

(U-ZG)
(T.H-ZG/B/S004/S004) 21-06-2010 08:19:30

Tidak ada komentar: