Selasa, 15 Juni 2010

SENIMAN INDONESIA DAN JERMAN GELAR SENI RUPIA "U(DYS)TOPIA"

SENIMAN INDONESIA DAN JERMAN GELAR SENI RUPIA "U(DYS)TOPIA"

London, 15/6 (ANTARA) - -Kemunculan kembali mitos, dongeng dan legenda Indonesia dan Jerman di masa kini menjadi tema proyek seni rupa bersama seniman kedua negara yang menampilkan karya seni berupa lukisan, patung hasil tujuh pasangan seniman Indonesia dan Jerman.

Pameran berlangsung di Freise Museum Berlin sejak 12 Juni akan dilanjutkan di kota Koln pada bulan Oktober, ujar Counsellor Pensosbud KBRI Berlin Agus Priono, kepada koresponden Antara London, Selasa.

Agus Priono mengatakan acara pembukaan pameran dihadiri lebih dari 100 pecinta seni dimeriahkan alunan gending gamelan Sunda dibawakan group gamelan Puspa Kencana dibawah naungan KBRI.

Agus Priono mengatakan U(DYS)TOPIA merupakan gabungan konsep utopia dan dystopia dimana untuk pertama kalinya masyarakat Jerman menyaksikan buah karya hasil tujuh pasang seniman yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda.

Dengan U(DYS)TOPIA, mereka mengeksplorasi satu tema yang sama dampak dari mitos-mitos legenda kedua bangsa ke dalam seni kontemporer.

Dalam dialog artistik secara langsung ini para seniman melakukan kerja sama dalam menciptakan karya seni berupa seni lukis dan seni rupa. Proses pembuatan karya ini berlangsung hampir satu setengah tahun.

Lamanya pembuatan karya seni ini mencerminkan betapa suatu karya gabungan antara dua konsep kultur yang berbeda sangatlah tidak mudah sehingga memerlukan kesabaran dan saling pengertian diantara seniman-seniman penciptanya.

Proyek yang dimotori seorang kurator dan pengajar seni rupa Indonesia Sudjud Dartanto (ISI Yogyakarta) bersama seniman Franziska Fennert (Dresden) dan Lenny Ratnasari (Yogyakarta) dengan kurator dan penulis seni Jerman, Martin Jankowski, merupakan suatu terobosan kreatif di bidang seni.

Seniman Jerman terdiri atas Andrey Klassen, Ulrike Stolte, Yasmin Alt, Paul Pretzer, Fee Vogler, Franziska Fennert dan Constanze Deutsch. Sedangkan seniman Indonesia terdiri atas Sigit Bapak, Rifqi Sukma, Lashita Situmorang, Deni Rahman, Indra Dodi, Lenny Ratnasari dan Edo Pillu.

Dalam kesempatan tersebut, Minister Counsellor, Wahyu Hersetiati Priyanto mengemukakan arti penting proyek seni U(DYS)TOPIA ini tidak hanya sebagai wahana promosi diplomasi publik namun juga meningkatkan wawasan bagi para seniman Indonesia maupun Jerman dalam kancah internasional.

Proyek ini sangat penting untuk menumbuhkan saling pengertian bersama diantara kedua bangsa, ujar Wahyu Hersetiati .

Mengingat Jakarta dan Berlin memiliki kerja sama kota kembar atau "sister city", maka kegiatan semacam ini merupakan salah satu program yang perlu terus diaktifkan dimasa yang akan datang untuk mengisi kerja sama tersebut.

Penghargaan juga disampaikan kepada Martin Jankowski sebagai pengelola program ini yang telah berhasil menampilkan suatu karya seni bersama. Melalui wahana pameran seni ini jaringan masyarakat kedua negara melalui kerja sama antarwarga atau "people to people contact" dapat berjalan dan terpelihara dengan baik.

Dalam sambutannya, K. Muller dari Senat Berlin menyampaikan rasa gembiranya dengan adanya pagelaran seni ini yang semakin memperkaya kota Berlin sebagai kota multietnik.

Pada saat ini, kota Berlin menjadi kota internasional dan sangat terbuka terhadap berbagai budaya bangsa-bangsa dunia, ujarnya.

Muller menyampaikan penghargaan kepada panitia penyelenggara dan sekaligus mengajak KBRI Berlin bekerja sama dalam merealisasikan berbagai kegiatan utamanya untuk mempererat persahabatam kedua negara.

Martin Jankowski, selaku penyelenggara acara menyampaikan penghargaan kepada semua pihak, khususnya kepada KBRI Berlin dan Senat Berlin yang memberikan dukungan signifikan sehingga memungkinkan terealisasinya proyek bersama tersebut.

Martin mengakui para seniman merasa senang karena pameran yang awalnya menemui banyak tantangan, terutama karena masing-masing ingin menonjolkan unsur budaya-nya, akhirnya berhasil menyuguhkan karya bersama yang dapat dinikmati pecinta seni.

Proyek U(DYS)TOPIA diakui berhasil menyatukan generasi muda seniman dari dua negara. Pameran seni ini juga menarik perhatian masyarakat di kota Dresden Mei lalu.

Pameran diadakan KBRI Berlin kerja sama dengan Berliner Literarische Aktion, Senate Berlin, Hochschule fur Bildende Kunste (HfBK) Dresden, Freies Museum Berlin, Institute for Foreign Cultural Relations Berlin/Stuttgart (IfA), Kulturstiftung der Freistaates Sachsen, Kulturamt Dresden.

Selain Kersan Art Studio Yogyakarta, Deutsch-Indonesische Gesellschaft (DIG) Koln/Cologne, WDM-Hausverwaltung (W. D. Marschner), City of Cologne, Neues Kunstforum Koln/Cologne, Office of the Plenipotentiary of the Free State of Saxony for Federal Affairs and EU.

Acara pembukaan sekaligus dimanfaatkan untuk wahana promosi kuliner Indonesia berupa makanan kecil yang dinikmati pengunjung sambil menikmati karya-karya seni yang digelar, demikian Agus Priono.***4***
(U-ZG)/B/A011`)
(T.H-ZG/B/A011/A011) 15-06-2010 07:12:07

1 komentar:

Anonim mengatakan...

thanks ya infonya !!!

www.bisnistiket.co.id